![]() |
Foto: Youtube |
Doa penutup yang disampaikan Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra Muhammad Syafi'i dalam Sidang Paripurna MPR/DPR 2016 dan penyampaian pidato dari Presiden Joko Widodo pada hari Selasa (16/8) sore membuat publik terhenyak. Akankah sindiran pedas pada penguasa itu akan dikabulkan Tuhan?
Doa tanpa teks itu isinya sinis dan kalimat terakhir berisi
permohonan agar Tuhan mengganti dengan pemimpin yang lebih baik jika para
pemimpin yang khianat itu tidak mau bertobat. Kepada pers Syafi'i mengatakan
dia tak bermaksud menyindir presiden, tetapi hanya refleksi Kemerdekaan RI.
Arti doa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Doa penutup
sidang paripurna itu pun penuh harapan dan permintaan agar kehidupan bangsa
Indonesia jauh lebih baik dibanding saat ini.
Tentu, sebagai rakyat jelata, saya senang dengan doa yang
menggelegar ini. Soal dikabulkan atau tidak, itu hak prerogatif Tuhan. Namun,
kita bisa menelusuri jejak-jejak apakah doa itu berpeluang segera dikabulkan,
agak lama dikabulkan, lama dikabulkan, ditunda atau bahkan ditolak.
Yang pertama harus dicermati adalah siapa yang berdoa. Karena
Syafi'i adalah anggota dewan yang terhormat, tentu mewakili semua anggota DPR/MPR,
tak sebatas Fraksi Gerindra. Apakah isi doa merefleksikan doa seluruh anggota
DPR/MPR? Jawabnya bisa bertele-tele. Kalau kita tanya mereka, malah diminta
membuat Pansus Doa segala. Anggap saja itu doa seluruh anggota DPR/MPR mewakili
rakyat Indonesia.
Allah SWT melalui hadist mengingatkan agar kita berhati-hati
terhadap orang yang terzalimi.”Hati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi,
karena tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah.”(HR
Bukhari). Apakah anggota DPR/MPR terzalimi? Saya rasa tidak semua terzalimi
karena mayoritas fraksi berada di belakang pemerintah. Ada yang tegas
mendukung, ada yang bilang sebagai kekuatan penyeimbang (halah!!!). Yang
terzalimi adalah Rakyat Indonesia. Ya, rakyat! Inipun semua belum sepakat karena
ada rakyat yang nyaman dengan situasi saat ini.
Menghadapi orang teraniaya, Rasulullah SAW meminta kita
menolong sekaligus mencegahnya. Tiga cara mencegah orang yang berbuat zalim,
menurut Islam, adalah dengan hati, lisan dan tangan. Dengan tangan, artinya
cegah dengan kekuasaan, jabatan / kedudukan / harta yang kita miliki. Sudahkah
anggota dewan, dengan kekuasaannya, mencegah eksekutif berbuat sewenang-wenang?
Atau mereka malah merapat ke pemerintah untuk mencicipi kue 'pembangunan'.
Lupakan saja soal rakyat terzalimi ini. Kita urut soal
beberapa penyebab doa tidak dikabulkan. Sebenarnya, ada sekitar tujuh penyebab,
tetapi saya akan bahas yang berkaitan dengan doa rakyat melalui anggota dewan
saja. Hanya dua faktor. Faktor lain biar dibahas para ustadz.
Pertama, doa tidak dikabulan jika kita mengonsumsi makanan
dan berpakaian dari yang haram. Dari yang haram merujuk pada bagaimana cara
mendapatkan makanan dan pakaian itu. Jika rakyat, dan tentu anggota DPR/MPR,
masih suka korupsi maka doa sulit dikabulkan. Mari mengaca, berapa indeks
korupsi di negeri kita? Berdasar Corruption Perceptions Index 2015, Indonesia
menempati peringkat 88 dari 167 negara. Singapura (8), Malaysia (54), dan Korea
Selatan (37). Artinya, kita masih senang berkorupsi. Bukan hanya eksekutif,
anggota dewan pun banyak yang mendekam di balik terali besi.
Kedua, meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Apakah kita sudah meninggalkan kejahatan dan menjalankan kebaikan. Simak doa
Syafi'i: Wahai Allah, memang semua penjara over capacity. Tapi kami tidak
melihat ada upaya untuk mengurangi kejahatan, karena kejahatan seperti
diorganisir wahai Allah. Kami tahu pesan dari sahabat Nabi-Mu, bahwa
kejahatan-kejahatan ini bisa hebat bukan karena penjahat yang hebat tapi karena
orang-orang baik belum bersatu wahai Allah atau belum mendapat kesempatan di
negeri ini untuk membuat kebijakan-kebijakan baik yang bisa menekan
kejahatan-kejahatan ini. "Siapa yang mengorganisir dan mengapa terjadi
pembiaran? Regulasi apa yang sudah dibuat anggota DPR untuk mencegah kejahatan
terorganisir ini?
No comments:
Post a Comment