Thursday 18 August 2016

Akankah Doa Penutup Sidang Paripurna MPR/DPR 2016 dikabulkan?

Foto: Youtube

Doa penutup yang disampaikan Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra Muhammad Syafi'i dalam Sidang Paripurna MPR/DPR 2016 dan penyampaian pidato dari Presiden Joko Widodo pada hari Selasa (16/8) sore membuat publik terhenyak. Akankah sindiran pedas pada penguasa itu akan dikabulkan Tuhan?

Doa tanpa teks itu isinya sinis dan kalimat terakhir berisi permohonan agar Tuhan mengganti dengan pemimpin yang lebih baik jika para pemimpin yang khianat itu tidak mau bertobat. Kepada pers Syafi'i mengatakan dia tak bermaksud menyindir presiden, tetapi hanya refleksi Kemerdekaan RI.

Arti doa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Doa penutup sidang paripurna itu pun penuh harapan dan permintaan agar kehidupan bangsa Indonesia jauh lebih baik dibanding saat ini.

Tentu, sebagai rakyat jelata, saya senang dengan doa yang menggelegar ini. Soal dikabulkan atau tidak, itu hak prerogatif Tuhan. Namun, kita bisa menelusuri jejak-jejak apakah doa itu berpeluang segera dikabulkan, agak lama dikabulkan, lama dikabulkan, ditunda atau bahkan ditolak.

Yang pertama harus dicermati adalah siapa yang berdoa. Karena Syafi'i adalah anggota dewan yang terhormat, tentu mewakili semua anggota DPR/MPR, tak sebatas Fraksi Gerindra. Apakah isi doa merefleksikan doa seluruh anggota DPR/MPR? Jawabnya bisa bertele-tele. Kalau kita tanya mereka, malah diminta membuat Pansus Doa segala. Anggap saja itu doa seluruh anggota DPR/MPR mewakili rakyat Indonesia.

Allah SWT melalui hadist mengingatkan agar kita berhati-hati terhadap orang yang terzalimi.”Hati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah.”(HR Bukhari). Apakah anggota DPR/MPR terzalimi? Saya rasa tidak semua terzalimi karena mayoritas fraksi berada di belakang pemerintah. Ada yang tegas mendukung, ada yang bilang sebagai kekuatan penyeimbang (halah!!!). Yang terzalimi adalah Rakyat Indonesia. Ya, rakyat! Inipun semua belum sepakat karena ada rakyat yang nyaman dengan situasi saat ini.

Menghadapi orang teraniaya, Rasulullah SAW meminta kita menolong sekaligus mencegahnya. Tiga cara mencegah orang yang berbuat zalim, menurut Islam, adalah dengan hati, lisan dan tangan. Dengan tangan, artinya cegah dengan kekuasaan, jabatan / kedudukan / harta yang kita miliki. Sudahkah anggota dewan, dengan kekuasaannya, mencegah eksekutif berbuat sewenang-wenang? Atau mereka malah merapat ke pemerintah untuk mencicipi kue 'pembangunan'.

Lupakan saja soal rakyat terzalimi ini. Kita urut soal beberapa penyebab doa tidak dikabulkan. Sebenarnya, ada sekitar tujuh penyebab, tetapi saya akan bahas yang berkaitan dengan doa rakyat melalui anggota dewan saja. Hanya dua faktor. Faktor lain biar dibahas para ustadz.

Pertama, doa tidak dikabulan jika kita mengonsumsi makanan dan berpakaian dari yang haram. Dari yang haram merujuk pada bagaimana cara mendapatkan makanan dan pakaian itu. Jika rakyat, dan tentu anggota DPR/MPR, masih suka korupsi maka doa sulit dikabulkan. Mari mengaca, berapa indeks korupsi di negeri kita? Berdasar Corruption Perceptions Index 2015, Indonesia menempati peringkat 88 dari 167 negara. Singapura (8), Malaysia (54), dan Korea Selatan (37). Artinya, kita masih senang berkorupsi. Bukan hanya eksekutif, anggota dewan pun banyak yang mendekam di balik terali besi.

Kedua, meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Apakah kita sudah meninggalkan kejahatan dan menjalankan kebaikan. Simak doa Syafi'i: Wahai Allah, memang semua penjara over capacity. Tapi kami tidak melihat ada upaya untuk mengurangi kejahatan, karena kejahatan seperti diorganisir wahai Allah. Kami tahu pesan dari sahabat Nabi-Mu, bahwa kejahatan-kejahatan ini bisa hebat bukan karena penjahat yang hebat tapi karena orang-orang baik belum bersatu wahai Allah atau belum mendapat kesempatan di negeri ini untuk membuat kebijakan-kebijakan baik yang bisa menekan kejahatan-kejahatan ini. "Siapa yang mengorganisir dan mengapa terjadi pembiaran? Regulasi apa yang sudah dibuat anggota DPR untuk mencegah kejahatan terorganisir ini?

Mari kita berkaca! So woe to that man recognizes himself dead. Maka celakalah manusia yang tiada mengenali dirinya sendiri.*

No comments:

Post a Comment

Bukan Hitam Putih

  Michelin adalah perusahaan ban asal Prancis. Ketika penjualan ban melempem, sekitar 1900-an, mereka malah menerbitkan buku panduan restor...