Sunday 30 June 2019

Selamat Ulang Tahun...





Memberi kejutan kepada pelanggan adalah salah satu cara restoran untuk membangun loyalitas pengunjung. Seiring zaman, cara memberi kejutan saat ulang tahun pun berbeda-beda, termasuk dalam memilih judul lagu.



Beberapa tahun silam, saat jalan tol yang menghubungkan Jakarta dengan Jawa Tengah baru sampai ke Cikampek, dan dilanjutkan sedikit tol di Palimanan, perjalan mudik terasa jauh, dan kadang melelahkan. Terutama saat lebaran. Di hari biasa, kami memerlukan waktu 10-12 jam, karena harus ngaso 2 hingga 2 kali untuk makan.

Jaringan restoran pun berdiri di sepanjang Pantura. Salah satu yang populer adalah grup Pring Gading. Bukan hanya menguasai di jalur utara, restoran ini juga membuka di jalur Selatan. Iklannya gila-gilaan, Baleho berjajar di pinggir jalan, meski jarak restorannya masih 50 km lagi. Saya enggak tahu, apakah cara itu efektif untuk zaman itu.

Yang pasti, kami sering makan di sini saat mudik. Dan pagi itu, sekitar pukul 10:00 kami sudah masuk restoran untuk ngaso sambil makan. Istri dan anak-anak yang memesan makanan, saya menunggu di gubuk. Setelah memesan, kami semua ngobrol. Apalagi, saat itu kami mengajaka salah satu bulik untuk mudik bersama.

Di tengah-tengah asyik ngobrol, tiba-tiba datang rombongan staf Pring Gading menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun diiringi rebana yang membahana dan membawa roti tart.

Selamat Ulang tahun, Kami ucapkan.
Selamat Panjang umur!Kita 'kan doakan.
Selamat Sejahtera, sehat sentosa!!
Selamat panjang umur dan bahagia!

Saya bingung karena hari itu tidak ada yang ulang tahun. Istri berbisik, "Aku bilang papa ulang tahun." Saya pun tersenyum, seolah-olah ulang tahun. Ulang tahun saya memang bulan itu, tapi sudah berlalu. Saya pun segera meniup lilin, sesuai permintaan staf restoran. Kemudian kami difoto. Dan foto itu dicetak yang kemudian diberikan saat kami membayar ke kasir.

Era itu belum ada Facebook dan Instagram sehingga cara ini dianggap efektif untuk mempromosikan dari mulut ke mulut soal pelayanan mereka. Selain persembahan lagu, kami juga mendapat kado satu menu gratis yaitu asam manis gurame.

Hari ini, Minggu 30 Juni 2019, kami (istri dan 2 anak) makan di Shabu Hachi, Jalan Margonda Depok. Untung kami sudah reservasi sebelumnya sehingga saat sampai kami tinggal duduk dan bersantap. Baru saja duduk, staf restoran membawa lilin dan menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun karangan Jamrud. Pengunjung di sebelah ruangan saya sedang merayakan ultah. Selama 2 jam di resto itu, saya mendengar 3X staf menyanyikan lagu tersebut.

Semoga Tuhan melindungi kamu
Serta tercapai semua angan dan cita citamu
Mudah-mudahan diberi umur panjang 
Sehat selama lamanya 
Amin..

Lagu karya band rock ternama yang ada pada album Sydney 090102 (2002) itu dinyanyikan dengan improvisasi. Beberapa staf menjadi backing vocal. Meski lucu, tetapi menghibur.

Pergeseran zaman telah "melunturkan" lagu Selamat Ulang Tahun karya Patty Smith Hill dan Mildred Hill pada 1893 itu. Padahal, lagu ini masuk Guinness Book of World Records sebagai lagu Bahasa Inggris yang paling dikenal. Walaupun judul asli lagu itu adalah Good Morning to All untuk murid-murid sekolah dasar.

Untuk anak zaman now, lagu karya Jamrud lebih mengena. Tak lagi seperti lagu anak-anak yang kurang improvisasi. Lagu ini mampu bersaing dengan lagu ulang tahun dari artis lain semisal GIGI, Dewi Lestari, Ten 2 Five, Kahitna, dan Vagetoz. Yang mana lagu ulang tahun favoritmu?

Tuesday 18 June 2019

Mencari penginapan melalui aplikasi ponsel

Ruang tamu dan meja makan Rumah Saldesha. (Joko Harismoyo)

Lebaran kedua, 6 Juni 2019, kami menginap di Yogyakarta. Karena rate hotel melambung tinggi, kami memesan penginapan melalui aplikasi Airbnb. Harga bersahabat dengan fasilitas mirip hotel.


Pemesanan kami lakukan jauh hari sebelumnya. Pada 9 Mei, kami sudah tidak dapat memilih hari untuk bermalam. Tinggal tanggal 6 Juni itu. Tapi, tak apa-apa daripada kami menginap di hotel. Hotel dengan kamar standar harganya Rp750.000 per kamar per malam.

Sementara di tempat kami, Rumah Saldesha di Krajan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman hanya kena charge sekitar US$50. Dengan nilai yang hampir sama, kami mendapat fasilitas jauh memadai. Tiga kamar ukuran besar, sekitar 4X5 meter. Dua kamar mempunyai 2 tempat tidur single, dan satu kamar tempat tidur tunggal ukuran besar.

Kamar tidur (Foto: Joko Harismoyo)
Fasilitas yang ada meliputi, tiap kamar memiliki kamar mandi dalam dengan air panas. Ruang tamu, ruang makan, kulkas, dispenser lengkap dengan kopi, teh, gula, selai roti serta saus bagi pecinta mie instant. Tentu, piring dan gelas tersedia. Kami bertujuh menginap di tempat tersebut. Pagi hari, kami mendapat roti tawar untuk ganjal perut. Tersedia Wi-Fi dengan kecepatan memadai. Televisi bisa dipakai menonton tv lokal (bukan tv kabel). Untung malam itu tidak ada siaran sepakbola sehingga tak berpengaruh he he hee.

Kalau dilihat soal fasilitas, tempat tersebut kami rekomendasikan. Namun sebaiknya, jika bermalam di sini, Anda mempunyai/menyewa kendaraan untuk mobilitas. Lokasi berada di dalam perumahan dan berjarak 14 km dari Jalan Malioboro atau 7 km dari Monumen Yogya Kembali.
Kami sendiri memanfaatkan tempat tersebut sebagai tempat istirahat. Pulang ke penginapan tinggal tidur. Urusan makan sudah kami selesaikan sebelum sampai ke rumah.

Pemilik penginapan, Sally, tinggal di rumah induk yang ada di sampingnya. Jadi, jangan berisik karena mengganggu tetangga. Orangnya ramah kok dan siap membantu sewaktu-waktu diperlukan.
Yang harus diingat, harga bisa berubah, tergantung sikon. Jika musim liburan, harga naik. Aplikasi untuk menyewa tempat menginap juga banyak. Anda bisa memilih aplikasi yang dirasakan aman dan nyaman.

Aplikasi booking tempat menginap bisa menjadi solusi di tengah hegemoni hotel yang kadang semena-mena menaikkan harga jika sedang peak session. *

Bukan Hitam Putih

  Michelin adalah perusahaan ban asal Prancis. Ketika penjualan ban melempem, sekitar 1900-an, mereka malah menerbitkan buku panduan restor...