Tuesday 7 November 2017

Pak Sandi Pancen Oke!!!

Foto: Kompas

Masih ingat iklan obat flu zaman yesterday, "Oskadon pancen oye!!!". Yah, iklan jadul itu cocok disematkan kepada wagub DKI Jakarta Bapak Sandiaga Uno. Cuma, kalimatnya diubah dikit menjadi, "Pak Sandi Pancen OK OC!!!"

Kalo ada yang bilang Pak Sandi adalah filsuf yang menyamar dan terpengaruh gaya Vicky, itu hanya celotehan orang yang tak suka. Orang yang sirik karena kalah dalam pilkada. Belum bisa move on sehingga nyari-nyari kesalahan.

Ide membuat sayembara sepatu "Bang Sandi" adalah ide brilian dari seorang pengusaha sukses. Tak ada gubernur atau wagub, bahkan presiden, yang menggelar sayembara seperti ini. Apalagi pemenangnya akan diajak ke Italia untuk belajar membuat sepatu agar kelak menjadi desainer sepatu level dunia. Jan, nyenengke tenan!

Sepatu pantofel yang diinginkan Pak Sandi tentu sepatu sapu jagad, bisa untuk berlari, masuk gorong-gorong, blusukan dan juga kondangan. Modar kowe sing desain! Model sepatu seperti apa yang bisa memenuhi kriteria tersebut. Tapi, saya yakin, ada desainer yang mampu membuat itu. Masyarakat Indonesia itu kreatif kok.

Pak Sandi, kalo boleh usul, mbok sayembara itu diperluas. Pertama, bukan hanya membuat sepatu untuk Pak Sandi saja, tetapi dijadikan seragam PDH pegawai pemprov DKI Jakarta. Jadi, ada sepatu pria dan wanita. Desain sepatu yang menang akan diproduksi dan wajib dipakai oleh karyawan pemprov DKI, baik pria maupun wanita.

Jumlah pegawai negeri (PNS) di lingkungan Pemprov DKI Jakarta berjumlah 72,74 ribu orang pada 2015. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, jumlah perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, dengan persentase 50,3 persen atau sejumlah 36,65 ribu orang. Sedangkan laki-laki berjumlah 36,09 ribu atau 49,7 persen (data dari sini loh).

Pemenang sayembara pasti bergembira jika mereka memproduksi 36.000 sepatu pria dan  36.000 sepatu wanita dibandingkan mereka diajak ke Italia. Tapi, diajak ke Italia juga gak apa-apa, siapa tahu bisa mampir ke markas besar AC Milan atau Juventus. Hadiah membuat 36.000 sepatu tentu lebih menyenangkan karena berdampak langsung pada usaha mereka.

Kedua, sepatu itu wajib dipakai oleh karyawan. Biar nurut, bikin saja Pergub. Pak Anies pasti mau karena ini menyangkut kepentingan pengusaha UMKM. Uang untuk membeli sepatu bisa diambil dari APBD. Jika DPRD reseh dan mempersulit, bikin Pergub lagi. Uang beli sepatu dipotong dari tunjangan kinerja daerah (TKD) Jakarta yang jumlahnya besar. Kalo harga Rp200.000 mah kecil untuk pegawai pemprov DKI.

Ketiga, sepatu itu tak perlu awet. Cukup berumur 1-1,5 tahun. Kenapa? Agar tiap tahun Pak Sandi bisa bikin sayembara. Sayembara sepatu menjadi acara tahunan pemprov yang pengumuman pemenangnya disiarkan secara live di stasiun televisi dengan memakai acara red carpet. Kalau tiap tahun ada program pengadaan sepatu pemprov, penguasaha UMKM tentu gembira, bungah, dan suka karena produksi mereka terus berlanjut.

Penyeragaman sepatu ini juga bisa menghilangkan sifat iri dan dengki, yang dilarang keras oleh semua agama. Mereka tak bisa memakai sepatu House of Testoni, Louis Vuitton, Stefano Bemer, Berluti maupun John Lobb. Sepatu mereka sama, merknya: Bang Sandi. "Waspadalah, waspadalah!" (Selasa malam sambil nonton debat munculnya sprindik baru untuk SN)***

No comments:

Post a Comment

Bukan Hitam Putih

  Michelin adalah perusahaan ban asal Prancis. Ketika penjualan ban melempem, sekitar 1900-an, mereka malah menerbitkan buku panduan restor...