Wednesday 8 June 2016

Mengangkat Kucing Menjadi Kepala Stasiun, Penumpang Kereta Api Melonjak

Kucing Nitama
Jumlah penumpang kereta api Wakayama Electric Railway Kishigawa Line, Prefektur Wakayama melonjak tajam sejak seekor kucing betina menjabat kepala Stasiun Kishi. Pelancong pun ingin menikmati sensasi naik kereta api bertema kucing (tama), stoberi (ichigo), dan mainan (omocha).

Saat saya tiba di Stasiun Idakiso, hari masih pagi, sekitar pukul 08:00 waktu setempat. Memerlukan sekitar satu jam perjalanan dari bandara internasional Kansai di Osaka menuju Stasiun Idakiso yang berjarak 43 km.

Stasiun tampak sepi. Hanya ada beberapa petugas yang bersiap menyambut kedatangan para pelancong. Wajar karena aktivitas stasiun baru dimulai pukul 09:00. Tak lama berselang, datang rombongan turis yang didominasi wanita setengah baya. Dari tutur bicaranya, bisa ditebak pelancong itu berasal dari Tiongkok.

Sebelum loket tiket dibuka, petugas memberi izin kepada saya untuk melihat kereta yang ada di stasiun tersebut. Kesempatan itu dimanfaatkan dengan menjelajahi gerbong, dari ruang masinis hingga ke ujung kereta.

Tiga Jenis

Sekilas, garbong kereta api tidak ada bedanya dengan gerbong Commuter Line (CL) di Jakarta. Harap maklum, gerbong CL mayoritas juga didatangkan dari Negeri Sakura. Meski bentuknya sama, tetapi terdapat beberapa perbedaan karena kereta di stasiun ini berfokus melayani pelancong.


Stasiun Kishi
Perbedaan paling mencolok terletak pada interior gerbong. Tidak ada iklan kopi, shampo atau film di atas kaca jendela gerbong. Perbedaan lain adalah kursi penumpang. Walau sama-sama memanjang dan saling berhadapan, tetapi tempat duduk kereta di Kishigawa Line lebih ekslusif.

Kursi penumpang terbuat dari kayu. Bentuk, warna dan motif kursi berlainan. Penumpang bisa memilih kursi sesuai selera. Kendati demikian, tema kursi kereta api sesuai dengan jenis kereta. Misalnya, kursi bertema kucing untuk tama densha, stroberi untuk kereta stroberi (ichigo densha) dan mainan untuk kereta api mainan (omocha densha).

Saya sempat berkeliling di tama densha, mendapati seluruh interior kereta bertemakan kucing. Bahkan, di dalam gerbong terdapat kandang kucing. Juga perpustakaan yang seluruh bukunya membahas soal kucing. Penumpang boleh membaca buku tersebut. Tapi, jangan coba-coba mengambil buku itu karena akan ketahuan petugas.

Kereta Tama
Di kereta api stroberi, kursi penumpang, lantai, dan meja terbuat dari kayu. Terlihat lebih natural. Jika datang ke tempat ini pada Februari hingga Mei, Anda bisa mengunjungi kebun stroberi di dekat Stasiun Kishi, tempat pemberhentian terakhir ichigo densha.

Bila eksterior gerbong kereta api kucing dan stroberi berwarna putih, omocha densha berwarna merah. Di dalam kereta terdapat berbagai mainan, termasuk tokoh-tokoh yang ada dalam anime dan manga. Untuk membeli mainan, tinggal menuju ke gachagacha, vending machine mainan yang ada dalam gerbong omocha densha.

Kucing

Puas melihat-lihat gerbong, saya menuju ke loket penjualan tiket di mana di depannya terdapat kandang kucing. Di kandang itulah dulu Nitama, kepala Stasiun Idakiso berkantor. ‘Kantor’ dari kaca itu memungkinkan pengunjung melihat dari dekat aktivitas kucing betina tersebut. Selain menjabat sebagai kepala stasiun Idakiso, Nitama juga menjadi asisten Tama, kepala stasiun Kishi, sejak 5 Januari 2012.

Sementara itu, Tama diangkat sebagai kepala Stasiun Kishi pada 5 Januari 2007. Sebagai pejabat, karir Tama melesat karena mampu melipatgandakan jumlah pelancong asing yang berkunjung ke Wakayama. Tahun 2014, jumlah pelancong di 14 stasiun di Kishigawa Line naik lebih dari 240%.

Apa pekerjaan Tama sebagai kepala stasiun? Cukup duduk manis di kandang. Tidak boleh marah dan panik saat jumlah pengunjung stasiun berlimpah dan berebut menonton sambil memotret. Bersedia memakai topi yang menunjukkan dirinya adalah kepala stasiun.

Bagian dalam kereta Tama
Tama meninggal 22 Juni 2015 pada usia 16 tahun (setara dengan manusia usia 80 tahun) setelah menderita sakit jantung. Karena berjasa besar mendatangkan pelancong ke Prefektur Wakayama, pemakaman Tama dilakukan secara meriah dengan adat Shinto pada 28 Juni 2015. Tama juga diangkat sebagai dewi.

Posisinya digantikan oleh Nitama. Penunjukan Nitama menjadi kepala stasiun melalui seleksi ketat, termasuk perilakunya. Misal, tak boleh marah dengan pengunjung dan bersedia memakai topi sebagai simbol kepala stasiun.

Tama adalah kucing pertama di dunia yang menjadi kepala stasiun. Menurut cerita, di tempat itu dulu bermukim seorang pecinta binatang. Saat rumahnya digusur dan dijadikan stasiun kereta, dia meminta kucingnya diberi pekerjaan agar hidup kucing-kucing itu terjamin. Permintaan itu disetujui oleh Wakayama Electric Railway, operator kereta api di jalur tersebut.

Tama Museum

Panjang rel Kishigawa Line adalah 14,3 km, memanjang dari Stasiun Wakayama hingga Stasiun Kishi. Karena Saya berangkat dari Stasiun Idakiso menuju Stasiun Kishi maka waktu yang diperlukan hanya 15 menit, melewati Stasiun Sando, Stasiun Oikeyuen, Stasiun Nishiyamaguchi, serta Stasiun Kanroji.

Tiba di Stasiun Kishi, mentari bersinar cerah. Langit tampak biru. Di sisi kiri terdapat Tama Cafe, sedang di sebelah kanan ada toko suvenir. Tama cafe menyediakan kopi, jus buah, dan cemilan lokal. Untuk mengusir dingin, kopi panas menjadi pilihan terbaik. Toko suvenir menyediakan berbagai buah tangan khas Kishi, seperti gantungan kunci, buku, pensil, dan pulpen yang bertemakan kucing.

Secangkir kopi membuat tubuh terasa hangat. Saya keluar dari stasiun untuk melihat bangunan yang katanya mirip kucing. Dari jarak 30 meter, tampak nyata bangunan itu bagai seekor kucing. Di samping kanan dan kiri tulisan TAMA terdapat telinga, sedang di bawah tulisan nama stasiun tersebut adalah mata.

Di antara dua mata terdapat hidung kucing, yang sejatinya adalah kanopi. Di bawah kanopi itu adalah mulut kucing atau pintu keluar masuk Stasiun Kishi. Di stasiun ini Tama berkarir sampai ajal menjemputnya. Nitama, yang sebelumnya berkantor di Stasiun Idakiso, kini menjadi pejabat baru di stasiun ini.

Sebenarnya, dengan kereta Kishigawa Line ini, pelancong di Prefektur Wakayama bukan hanya menikmati keunikan kereta dan stasiunnya, tetapi kereta ini juga menjadi sarana transportasi menuju tempat wisata seperti kebun stroberi di dekat Stasiun Kishi, kebun jeruk di Sando, rumah keluarga Nakasujike di zaman Edo, serta kuil tua dan bersejarah di wilayah tersebut. (foto: Joko Harismoyo)

No comments:

Post a Comment

Bukan Hitam Putih

  Michelin adalah perusahaan ban asal Prancis. Ketika penjualan ban melempem, sekitar 1900-an, mereka malah menerbitkan buku panduan restor...