Wednesday 11 July 2018

Yuks Belajar dari Obyek Wisata di Bandung

Ayunan di The Lodge Maribaya, Lembang, Bandung. (Foto: Joko harismoyo) 

Tempat wisata di Bandung (yang saya kunjungi) cukup kreatif mengemas obyeknya sehingga bisa meraup pemasukan yang lumayan. Bisa dicontoh oleh tempat wisata di Magelang dengan kadar yang disesuaikan.


Sabtu lalu (7 Juli 2018), pagi hari, saya sudah tiba di Floating Market Lembang, Bandung Barat. Harga tiket masuk Rp20.000 per orang, Tiket tersebut bisa ditukar dengan segelas minuman. Lumayanlah.

Tiket masuk hanyalah titik awal untuk berkelana. Untuk menikmati berbagai tempat, pengunjung harus membayar lagi. Misalnya untuk naik perahu, kereta api mini, taman kelinci atau menyewa kimono di Osakaku. Trik bisnis di tempat ini biasa saja. Kurang menarik dibahas.

Yang menarik dibahas dan mungkin bisa ditiru oleh pelaku bisnis wisata di kota kecil semacam Magelang adalah cara mengelola The Lodge Maribaya, Lembang. Harga tiket masuk Rp30.000. Sama seperti di Floating Market, tiket bisa ditukarkan dengan segelas Milo. Heran, kenapa semua Milo ya? Jangan-jangan tempat wisata di sana disponsori oleh minuman coklat ini.

The Lodge mempunyai banyak fasilitas. Gak perlu dibahas satu-satu. Bikin capai dan ngulang-ulang. Baca sendiri di websitenya. Yang menarik bagi saya adalah spot foto. Ada Sky Tree (Rp15.000-Rp20.000), Zip Bike (Rp20.000), Mountain Swing atau ayunan (Rp20.000), Gantole (Rp20.000), Hot Air Baloon (Rp20.000), Hot Air Baloon Hydraulic (Rp30.000) dan   Sky Plane (Rp20.000).

Saya tidak sempat mencoba semua spot foto. Hanya bisa di Mountain Swing. Sebenarnya bukan saya, tapi anak, istri dan keponakan. Saya bertugas memotret he heee. Kenapa hanya satu spot? Karena sampai sana sudah nyaris tutup.

Setelah ngantre beberapa menit, sampailah giliran anak saya. Kamera pasti sudah siap. Pengunjung diizinkan memotret sendiri walau pihak The Lodge menyediakan fotografer khusus. Inilah "kecerdasan" The Lodge. Pengunjung tidak akan mendapatkan angle menarik untuk memotret. Entah terlihat ayunan lain atau atap gubug. Walau diedit melalui photoshop, tetap kurang dramatis seperti hasil pemotretan mereka. Dapat dipastikan pengunjung akan membeli foto dari The Lodge.

Harga per foto Rp10.000. Ini tidak dicetak loh. Hanya dibagi melalui aplikasi Share it. Karena fotografer memotret sekitar lima jepretan, rata-rata pengunjung membeli 1-3 foto. Jadi untuk satu spot foto mereka harus membayar tiket masuk plus foto. Menghabiskan Rp20.000 hingga Rp50.000 untuk satu spot foto. Bayangkan kalau setiap pengunjung berfoto di dua atau tiga spot. Lumayan kan pemasukannya?

Mengutip bayaran di spot foto juga dilakukan oleh tempat wisata di Bantul, Yogyakarta, baik di Bukit Panguk maupun Puncak Becici. Tarif per spot hanya Rp3000. Di Bukit Pecici malah sukarela. Tentu, spot fotonya "tak seindah" di The Lodge yang membutuhkan modal besar untuk membuatnya.

Lebaran 2017 saya berkunjung ke Gardu Pandang Silancur dan Mangli, Kaliangkrik, Magelang. Saya hanya dikutip tiket masuk. Tidak perlu membayar lagi untuk berfoto di beberapa spot. Sekarang saya tidak tahu, apakah ada tarif untuk berfoto di spot yang ada.

Dari kunjungan ke Bandung dan Yogyakarta, ada beberapa hal yang bisa diadaptasi oleh obyek wisata di Magelang.

1. Voucher minum. Tiket masuk bisa ditukarkan dengan segelas minuman. Andai bisa bekerja sama dengan pengusaha minuman lokal lebih baik. Misalnya, tiket bisa ditukar dengan semangku ronde atau wedang jahe. Cocok kan untuk daerah Kaliangkrik. Harga tentu harus disesuaikan.

2. Tiket Spot Foto. Untuk berfoto di spot yang ada diberlakukan sistem tiket. Pengunjung harus membayar dulu untuk berfoto ria. Untuk bisa mengutip bayaran, spot foto harus tampil apik. Jangan sekedarnya.

3. Fotografer. Sediakan fotografer yang siap membidik dengan hasil jepretan ciamik. Harus pakai kamera DSLR medium agar hasilnya Instagrammable. Untuk nebus foto mnesti bayar lagi. Gak perlu dicetak, cukup di share saja. Mungkin, tahap awal fotografer hanya melayani pada Sabtu, Minggu dan hari libur.

4. Warung. Sediakan warung makan yang cukup dengan sajian menu lokal. Khususnya pada hari libur.

Harga harus disesuaikan dengan daya beli masyarakat setempat. baik tiket masuk, foto maupun harga makanannya. ***



No comments:

Post a Comment

Bukan Hitam Putih

  Michelin adalah perusahaan ban asal Prancis. Ketika penjualan ban melempem, sekitar 1900-an, mereka malah menerbitkan buku panduan restor...