Friday 20 April 2018

Terhimpit di antara Ketek Kecut Penumpang

Stasiun Depok (Foto: Joko Harismoyo)
Biasanya saya naik kereta dari Stasiun Depok pukul 09:41 WIB. Ini kereta jurusan Bogor-Jatinegara paling nyaman karena peluang duduknya lebih besar. Lima menit sebelumnya, kereta jurusan Nambo-Angke sudah lewat sehingga penumpang yang akan ke Pasar Tanah Abang atau Sudirman-Thamrin sudah naik kereta tersebut. Apalagi, kereta dari Nambo (Cibinong) tak sepadat kereta dari arah Bogor.

Namun hari itu (Selasa, 17 April 2018) saya tiba di Stasiun Depok sudah pukul 10:00. "Kereta jurusan Angke tersedia di Stasiun Bogor," bunyi pengumuman melalui pengeras suara. Karena belum berangkat, saya harus menunggu 25-30 menit lagi. Dan saat menunggu itu, penumpang terus berdatangan.

Saya membayangkan, kereta sudah penuh dari Bogor, ditambah penumpang dari Stasiun Cilebut, Bojonggede, Citayam dan juga Depok. Bakal berdesakan. tapi, tak ada pilihan lain karena sudah siang. Terlambat masuk kantor boleh, tapi ya jangan kebangetanlah.

Ketika kereta datang, saya berusaha masuk gerbong, bagaimana pun caranya. Beruntung (biasa falsafah Jawa), di Depok pintu yang dibuka sebelah kiri. Di stasiun berikutnya, pintu yang dibuka sebalah kanan sehingga posisi saya yang nempel di pintu kiri kereta relatif aman dari desak-desakan penumpang yang akan turun-naik gerbong.

Di Stasiun Depok baru, penumpang merangsek lagi. Serasa naik kereta pada busy hour, jam 06:00-08:00. Mereka yang berdesakan di dekat pintu kereta umumnya pria. Tapi, saya melihat gadis bertinggi sekitar 150-155 cm di antara penumpang tersebut. Karena tingginya di bawah rata-rata, ia terpaksa berada di antara ketek penumpang pria. Ia berdiri di depan saya, agak menyerong.

Di tengah keterhimpitan itu, ia memegang HP. Bukan main game, tetapi WA-nan. Sepertinya dengan pacarnya. Saya bisa membaca isi pesan karena posisi HP berada di bawah wajah saya. Kepo juga lama-lama. Saya intip layarnya.

"Penuh banget kereta. bangsat nih bapak-bapak depan gue kayaknya gak mandi deh. Keteknya bau banget," tulis si gadis.

"Kasih tahu bapaknya suruh mandi," balasnya si cowok sambil menyisipkan emoji senyum.

"Kasih tahu gimana, berdiri aja susah," gerutunya.

"Semangat ya sayang, aku mau visit dulu," timpal si cowok.

Karena penasaran dengan 'bau ketek' tadi, saya lihat wajah terdakwa. Sepertinya sih mandi, cuma jaket kuning yang dipakai rupanya sudah kumal. Mungkin belum dicuci plus panas bercampur keringat sehingga menebarkan aroma kurang sedap. Saya tidak mencium aroma itu. Entah karena pengaruh flu yang saya derita atau posisi bapak itu tidak persis di depan saya. Lagian, saya juga tidak berada di bawah keteknya, seperi si gadis yang malang itu.

Saat si gadis bersiap-siap turun di Stasiun Tebet, dia bertukar posisi dengan si bapak. Dari pada saya berada di depan bapak tadi, saya pun beringsut ke pinggir pintu kanan bersama-sama penumpang yang akan turun. Selamat, saya tidak jadi menghirup aroma sedap dari si jaket kuning itu. (***)



No comments:

Post a Comment

Bukan Hitam Putih

  Michelin adalah perusahaan ban asal Prancis. Ketika penjualan ban melempem, sekitar 1900-an, mereka malah menerbitkan buku panduan restor...