![]() |
Ilustrasi : K-Cartoon |
Yang menjadi pertanyaanku selama ini adalah apa makanan
mereka. Sebagai mahkluk hidup, untuk berkembang dan beranak pinak, tentu
membutuhkan asupan gizi. Karena mereka tak tampak, makanannya pun tentu berbeda
dengan manusia.
Kalau merujuk ke agama yang aku anut, makanan jin dan setan
adalah tulang dan kotoran (tahi). Keyanikan yang kupercaya selama puluhan tahun
ini perlahan-lahan memudar seiring dengan penemuan baru soal makanan jin dan
setan.
Temanku, Habib Resek yang juga keturunan Timur Tengah,
mengatakan kalau makanan jin adalah upil alias kotoran hidung yang berwarna
hijau kehitaman.
"Tolong upil ente tiap hari disimpan di sini,"
ujar Habib pada Atmo, tetangganya. Sambil berkata, Habib memberikan uang
seratus ribu rupiah.
"Untuk apa upil itu Habib?" tanya Atmo.
"Untuk makan jin peliharaan ane," jawab Habib
pendek.
Tiap hari Atmo rajin mengupil. Kalau upilnya sedikit dia
resah. Termenung di depan toko mebel orang tuanynya sambil memandang jalan
raya. Dia browsing, mencari cara bagaimana meningkatkan kadar upilnya agar
bertambah.
Upaya Atmo sia-sia. Upilnya konstan. Paling banter mendapat
10-15 upil besar dengan warna hijau kehitaman. Kadang, malah tak dapat upil
kalau sedang dilanda pilek.
Atmo gelisah. Takut kalau Habib datang dan menagih upil. Dia
khawatir tak dapat memenuhi kuota sehingga kontrak jual beli upil bisa diputus
sepihak.
"Assalamualaikum.....mana upil yang ente kumpulin?"
ujar Habib saat bertandang ke toko Atmo.
"Waalaikum salam.....sebentar ya ane ambilin,"
jawab Atmo. Dia mengambil kaleng kecil berisi upil.
"Ini Habib," ujar Atmo sambil menyodorkan kaleng.
Habib melihat kaleng itu. Terdiam sejenak, lalu merogoh
kantong. Memberi tiga lembar seratus ribuan. "Ini ane tambahin fulus.
Kumpulkan lagi yang banyak. Nanti ditambah lagi fulusnya\" ujar Habib
sambil pergi.
Atmo girang. Gak nyangka diberi uang lagi meski upilnya
terbilang sedikit. Semangat ngupil Atmo kian menjadi-jadi. Saat kalengnya sudah
penuh upil, Habib belum datang lagi. Dia menunggu Habib untuk memberi bonus
atas kerja kerasnya mengupil.
Suatu sore, Habib kedatangan teman lamanya, Krisna.
"Bib, ente punya obat pinggang nggak. Pinggang ane pegel, kagak bisa kerja
nih," keluh Krisna.
"Alhamdulillah, sudah rejeki ente. Ane baru saja
dikirim obat encok dari Timur Tengah. Coba ente ambil ke Atmo. Bilang mau ambil
kaleng titipan Habib," katanya pada Krisna.
Krisna beranjak ke toko Atmo. "Mo, ane mau ambil kaleng
titipan Habib," ujarnya.
Atmo senang. Dia mengambil kaleng berisi upil itu.
Diberikannya pada Krisna. "Bilang Habib, ane minta uang bonusnya,"
kata Atmo.
Krisna membawa kaleng itu ke rumah Habib lagi. "Ente
tambahin minyak zaitun dua sendok. Oleskan ke pinggang pagi dan sore. Insya
Allah encok ente akan ilang," ujarnya pada Krisna.
Aku yang duduk di sampin Habib heran. Dulu, dia bilang upil
itu makanan jin. Kok sekarang jadi obat encok. "Bib, katanya itu makanan
jin. Kok dikasih Krisna untuk obat encok?" tanyaku.
“Mana ada jin makan upil. Ngaco ente?" ujarnya
terkekeh. Ternyata, aku salah. Jin tak doyan upil.
Ketika bingung soal makanan jin, aku melihat berita TV. Aak
yang terkenal sebagai guru spiritual beberapa artis itu ditangkap polisi. Tapi,
artis yang menjadi muridnya membantah isu kalau Aak suka makai narkoba. "Aak
hanya memberikan aspat, bukan sabu," ujar seorang selebritis. Aspat adalah
makanan jin. Memang, cara makainya sama dengan cara makai sabu.
Aku kembali bingung. Benarkah jin makan asap dari aspat?
Mereka tidak doyan upil karena asam? Apa sih rasanya aspat?
Segudang pertanyaan terjawab beberapa hari kemudian ketika
polisi memastikan aspat yang ada di tangan Aak adalah sabu. Jadi bukan makanan
jin seperti bualan Aak.
Lalu, apa makanan jin yang sesungguhnya? Upil bukan, apalagi
aspat. Apa benar mereka makan tulang dan kotoran seperti yang tertera di kitab
suci agama?
Aku ingin bertemu Habib. Bertanya lagi apa makanan jin yang
sesungguhnya. Biasanya dia cukup kreatif mencari jawaban. Soal benar atau salah, bisa dikompromikan.
“Habib, di mana ente?"' ***