![]() |
Bentang Van Der Wick |
Menari diiringi dengan piano. Syair lagu Piano karangan Bang Haji mengalun keras saat saya makan bakso dan tempe mendoan di Kampoeng Kuliner di kawasan wisata Bentang Van Der Wick di Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah pertengahan Mei 2016. Awalnya, lagu itu tak menarik perhatian. Saya lebih suka meneliti menu pecel, dawet hitam atau soto yang tersedia di kantin tersebut.
Namun, saat saya pergi ke toilet yang letaknya di belakang
kantin dan bersebalahan dengan kolam renang dan water park di kawasan tersebut,
saya menjadi ngeh dengan lagu itu. Ternyata itu bukan suara Compact Disk. Ada
penyanyi yang diiringi organ tunggal di tengah kolam besar. Kolam itu
bersebalahan dengan kolam renang dan kincir angin serta berdekatan dengan
kantin. Di panggung yang menonjol ke tengah kolam terdapat tulisan yang
mengijinkan pengunjung untuk menyumbangkan lagu alias menyanyi dengan iringan
organ tunggal. Untung saya nggak bisa nyanyi, jadi gak perlu mendaftarkan diri.
![]() |
Pintu gerbang |
“Sekarang pakai mesin Suzuki Cary,” kata sopir kereta api di
atas benteng ketika saya tanya mesin yang dipakai untuk menggeret kereta.
Gerbong lama sudah rusak dan hanya ditaruh di atas genteng benteng, di dekat
stasiun kereta api atas. Bonus paket tiket lainnya adalah berenang di kolam
renang dan water park. Kalau pengunjung jauh seperti saya yang hanya mampir,
dipastikan tak akan berenang. Wong tidak bawa baju renang plus waktu nan mepet.
![]() |
Ruang tempat memajang foto-foto Bentang Van Der Wick |
Dari gapura masuk saya memilih naik kereta. Sebenarnya gak
jauh, hanya sekitar 100 meter. Tetapi dengan naik kereta, saya mengelilingi
bentang, dari luar hingga masuk ke lapangan. Kereta menurunkan saya di pintu
masuk benteng. Di kanan kiri pintu masuk yang melengkung itu, terdapat
foto-foto benteng sebelum dipugar sampai saat ini. Juga foto-foto artis yang
memanfaatkan lokasi tersebut untuk syuting. Ada band Slank yang syuting video
klip lagu Punya Cinta pada 11 November 2011 serta syuting film The Raid 2: Berandal, 18-25 Februari 2013.
![]() |
Tangga ke lantai dua |
Di lantai satu, bagian kanan dan kiri pintu masuk, tempat
memajang foto-foto benteng dari masa sebelum dipugar hingga pemanfaatan saat
ini, sudah direnovasi. Lantai diganti keramik warna coklat, dan tembok sudah
dicat hijau tentara dan putih. Jangan heran kalau melihat anak-anak bermain
sepeda di sekitar benteng. Maklum, di komplek ini terdapat perumahan tentara
karena saat ini di sekitar benteng dijadikan sekolah calon tamtama tentara.
Arsiterktur Benteng Van Der Wijck berbentuk segi delapan
dengan tebal dinding 1,4m. Struktur banteng sendiri terdiri dari 2 lantai .
Lantai pertama memiliki 4 pintu masuk dan 16 kamar yang sangat besar dan
terdiri dari 72 jendela, 63 pintu penghubung dan pintu keluar dan 8 tangga
untuk mencapai di lantai 2 bangunan benteng ini. Kayu daun pintu dan teralis
besi jendela banyak yang rusak. Sebagian teralis jendela diganti dengan kayu.
![]() |
Kereta wisata di atas benteng |
Lantai dua Benteng Van Der Wijck memiliki 70 pintu
penghubung, 84 jendela dan 16 kamar yang ukurannya tergolong besar. Aroma
mistis dan seram terasa saat menapaki tangga. Dinding berlumut dan sedikit
terkelupas ditambah air yang menggenangi lantai, entah bocor atau tampyas dari
jendela, membuat suasana agak menakutkan. Apalagi, di ruang itu hanya ada saya
dan anak perempuanku.
“Sudah ah. Ayo keluar!” ajak anak saya. Karena alasan
suasana mistis itu pula istri dan dua kaka ipar saya memilih makan pecel di
kantin dan tak mau naik ke lantai dua dan atap benteng.
Dari ruang seram itu, saya naik tangga menuju kereta wisata
atas benteng. Di ujung tangga naik, terdapat coretan-coretan anak alay. Ada
yang menulisa namanya atau mengungkapan rasa cinta seperti Arif love (tanda
love) Fita. Ini pos jaga apa pos cinta sih? Lagi-lagi hanya kami berdua yang
akan naik kereta. Sepasang remaja yang saya kira mau naik kereta, ternyata
hanya foto-foto di atas benteng. Jadilah, kami berdua berkeliling dengan kereta
tua itu.
![]() |
Pintu keluar |
Salah satu pos jaga itu menjadi pintu keluar bagi penumpang
kereta wisata atas benteng.Di tembok pos yang kusam dan tak terawat itu
terdapat tulisan KELUAR/EXIT. Meski jelas-jelas tertulis pintu keluar, saya
bertemu dua remaja naik melalui tangga tersebut. (Foto: Joko Harismoyo)