Sejatinya Monumen Nasional (Monas) di tengah lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat adalah lambang perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajahan. Mengapa politisi menggunakan Monas sebagai lambang penyangkalan terhadap sesuatu?
Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter yang
didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk
merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan
monumen ini dimulai pada 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno,
dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api
yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang
menyala-nyala.
Melihat sejarah pembangunannya, Monas memiliki nilai-nilai
heroik yang diwariskan oleh para pejuang. Tugu ini untuk mengingatkan kepada
anak cucu rakyat Indonesia bahwa kakek dan nenek mereka berjuang sampai titik
darah terakhir untuk meraih kemerdekaan.
Sebagai lambang kepahlawanan, Monas tidak boleh "dikotori" oleh tindakan oknum politisi
yang menggunakan tugu Monas sebagai lambang penyangkalan. Pendegradasian
lambang perjuangan itu dimulai ketika Anas Urbaningrum, saat itu masih menjabat
Ketua umum Partai Demokrat, terseret kasus korupsi.
Pada 9 Maret 2012, Anas mengatakan siap digantung di Monas
jika terlibat kasus Hambalang. Hal itu dia ucapkan setelah menyampaikan sikap
Partai Demokrat menanggapi naiknya harga bahan bakar minyak di kantor Demokrat,
Jalan Kramat Raya 146, Jakarta Pusat. “Yakin, kalau ada Rp 1 saja Anas korupsi
Hambalang, gantung Anas di Monas,” ujar Anas.
Namun ketika hakim menjatuhkan vonis 15 tahun kepada Anas
terkait kasus korupsi proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah
Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, dia tak mau memenuhi janjinya seperti yang
diucapkan Maret 2012.
Politisi lain, Ketua Bidang Advokasi DPP Partai Gerindra
Habiburokhman memprediksi Basuki Tjahaja Purnama dan Teman Ahok akan gagal
mendapatkan dukungan KTP buat maju di Pilkada DKI Jakarta. Kalau berhasil,
politisi ini memastikan, dia akan terjun di Monas.
Pernyataan ini disampaikan Habiburokhman di akun
twitter-nya. Dalam akun resminya, @habiburokhman, ia menyatakan, siap terjun
bebas dari puncak Monas, jika KTP dukungan untuk Ahok, mencukupi untuk
pencalonan Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017 nanti.
"Itu akun saya. Yang jelas saya yakin KTP Ahok bohong
doang tuh kalau terkumpul. Omong kosong!" tegas Habiburokhman, ketika
dihubungi, Kamis (24/3/2016). (Sumber)
Andai Teman Ahok berhasil mendapatkan KTP seperti yang
dijanjikan, dipastikan politisi tersebut tak akan memenuhi janjinya dengan
berbagai macam dalih.
Sebenarnya, yang menjadi keprihatinan saya adalah sikap ‘mendegradasi.”
Monas dari lambang perjuangan menjadi simbol penyangkalan terhadap opini dan
atau fakta. Politisi, yang seharusnya menjadi teladan dalam menyebarkan
nilai-nilai perjuangan malah mendistorsi lambang itu. Seakan-akan mereka
menganggap Monas sebagai tempat pembunuhan, baik dengan digantung maupun terjun
bebas dari ketinggian.
Politisi seperti ini tak pantas menjadi wakil rakyat yang
bisa mengembangkan nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan. Sungguh memprihatinkan.
T E R L A L U kata Bang Haji. *
No comments:
Post a Comment