Wednesday 3 January 2018

Selamat jalan, Bapak....


Tepat pukul 16:56 WIB, Jumat Pon 29 Desember 2017 bapak meninggalkan kami, anak-anaknya, untuk menghadap Allah SWT di RST Dr Soejono, Magelang. Karena tidak mendapatkan tiket apapun, kami harus berjibaku dengan kemacetan untuk mengantarkan bapak ke peristirahatan terakhir.

Sebulan terakhir kesehatan bapak memang menurun. Sebelumnya, mulai Lebaran hingga Agustus 2017 bapak yang lahir di Boyolali 5 Juli 1939 itu masih sehat. Sehatnya orang tua. Tetap berobat jalan ke rumah sakit dan minum aneka macam obat. Tapi, bapak tetap gemar membeli bakso kesukaannya di Pasar Kebonpolo.

20 Agustus 2017
Saat saya dan anak-anak makan bakso gerobak di Mas Kemis, Pasa Kebonpolo, Mas Kemis sempat bertanya, "Bapak kemana kok sudah tiga hari gak kelihatan?" Saya jadi ketawa mendengar pertanyaan itu. Ternyata, diam-diam bapak menyempatkan diri makan ke gerobak bakso langganan saya saat masih SMA dulu. Bakso gerobak, yang menurut anak-anak saya, rasanya enak sehingga tiap pulang kampung makan di sini (tempat lain juga sih kayak bakso RST).

Minggu pertama di bulan Desember, kaki bapak bengkak dan mengalami radang sendi sehingga untuk berjalan harus dibantu dengan tongkat. Menjelang kontrol ke RST, bengkak kaki kian membesar dan nyerinya makin menjadi-jadi. Untuk memudahkan berobat jalan, saya minta kakak membelikan kursi roda di Apotek Menowo.

Bapak harus ditangani cepat karena sebelumnya sempat meminta anak-anaknya untuk kumpul. Beliau juga meminta maaf ke anak-anak, melalui kakak saya, agar kalau dipanggil setiap saat sudah lega. Mendengar itu, perasaan tak karuan. Untung saya sudah mengajukan cuti untuk pulang pada 21 Desember.

Almarhum bapak dan kakak.

Jumat, 22 Desember sehabis sholat Jumat, saya berencana mencuci mobil. Urung karena kakak menelepon saya untuk mengantarkan bapak ke RST. Tukang becak langganannya tidak ada karena sedang mantu keponakan. Segera saya ke Bonpolo dan mengantar ke RST. Dr Alim yang memeriksa heran dengan kaki bapak yang tetap bengkak meski sudah disuntik. Untuk mengurangi rasa sakit, ia memberi obat MST CONTINUS yang mengandung morphine sulfate. "Ini beli sendiri karena tidak masuk dalam BPJS," katanya. Muter-muter di Magelang, yang ada hanya di Apotik Kawatan. Hanya, boleh beli 10 tablet sesuai resep.

Malam harinya, saya dan kakak, menunggu bapak sambil mijitin kakinya. Masih kesakitan namun perlahan-lahan bisa tertidur. Sejak itu, sakit kakinya makin menjadi. Saya tidak bisa berlama-lama. Senin 25 Desember saya balik Depok. Menginap semalam dulu di Cirebon sehingga sampai Depok Selasa siang.

Kamis, 28 Desember saya mendapat informasi dari kakak, bapak hanya tidur terus. Habis BAB banyak dan tidak mau makan sedikitpun sehingga tidak bisa minum obat. Malam itu, kami anak-anaknya sepakat untuk berdoa agar Allah memberi jalan terbaik kepada beliau. Jumat pagi, di atas kereta, saya membaca surat Yasin. Sehabis sholat Jumat, saya kembali membaca surat tersebut. kakak dan adik juga berdoa untuk kebaikan beliau.

Jumat, 29 Desember bapak berobat jalan. Dokter meminta untuk dirawat. Sekitar pukul 15:00 WIB sudah mendapat ruang. Saya sempat menghubungi kakak dan meminta agar bapak bisa disambungkan ke adik di Denpasar karena minggu lalu belum bisa balik magelang (sakit juga). Saat kakak sedang menulis pesan WA untuk adik, tiba-tiba bapak yang duduk di kasur jatuh tertidur. Pukul 16:36 kondisinya makin lemas. Perawat sedang mengupayakan dengan memasang tabung oksigen. Pukul 16:44 kakak mengabarkan bapak telah berpulang. Pihak RST baru memastikan bapak tiada pada 16:56 WIB.

Adik yang di Denpasar langsung membeli tiket. Karena sendirian, dia bisa mendapatkannya. Saya yang berempat, tak mendapat tiket apapun. Akhirnya, di tengah kemacetan harus nyetir. Rencana pemakaman yang semula pukul 11:00 diundur menjadi 13:00, menunggu kedatangan saya.

Sampai di Kebonpolo, upacara pemakaman segera dimulai. Sambutan wakil keluarga, sambutan aparat (RW) serta sambutan Pepabri. Beruntung, hari itu cerah sehingga pemakaman di Nglarangan berjalan lancar. Makan bapak hanya berjarak beberapa meter dari ibu. Di deret yang sama, selang 4-5 makam.

Selamat jalan bapak. Kami belajar banyak mengenai kesabaran dan ketekunan. Juga pantang menyerah dengan keadaan. Semoga diampuni dosanya, diterima amal kebaikannya dan mendapatkan surgaMu. Aamiin YRA. *














































No comments:

Post a Comment

Bukan Hitam Putih

  Michelin adalah perusahaan ban asal Prancis. Ketika penjualan ban melempem, sekitar 1900-an, mereka malah menerbitkan buku panduan restor...