![]() |
Pantai Pasir Putih |
Beruntung kami membawa mobil jip sehingga medan berat plus
jalan berlubang menuju Pantai Sawarna di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten dengan mudah kami lewati.
Meski mudah, kami memerlukan waktu sekitar 12 jam. Berangkat
dari Depok pukul 06.00 pagi dan menginjakkan kaki di villa pinggir Pantai jam
18:00, saat adzan magrib berkumandang. Lamanya perjalanan disebabkan beberapa
hal. Pertama, saat itu libur panjang. Tanggal 3 April 2015 adalah hari libur
memperingati wafatnya Isa Almasih. Kami terjebak macet di pintu keluar Bogor
sampai Parungkuda.
![]() |
Jembatan Gantung Menuju Goa Lalay |
Dari Parungkuda sampai Pelabuhan Ratu via Cikidang relatif
lancar. Namun, kami harus beristirahat lagi untuk sholat Jumat dilanjutkan
makan siang. Jalan dari Pelabuhan Ratu menuju Sawarna kurang bagus plus naik
turun sehingga mobil melaju pelan.
Sampai di penginapan, kami (tepatnya saya) tepar, langsung
tidur. Baru pagi harinya, sehabis sholat subuh kami menuju Pantai Pasir Putih.
Menikmati keindahan alam dan kesegaran udara. Kami berjalan melewati galengan
(jalan setapak) sawah.
Sekitar pukul 09:00, kami melanjutkan perjalanan ke Goa
Lalay. Mobil bisa parkir di rumah penduduk, sekitar 100-200 meter dari goa.
Jalan menuju goa melewati jembatan gantung. Tenang, jembatan ini kokoh dan bisa
dilewati motor secara bergantian dari lawan arah.
Kami memakai jasa pemandu untuk masuk goa. "Untuk masuk
ke goa paling dalam harus pakai tabung oksigen," jelas pemandu. Secara
kami bukan pehobi masuk goa, kami memilih masuk goa bagian "agak dalam".
Itupun sudah gelap gulita. Beruntung pemandu memberikan kami lampu kepala plus
lampu besar untuk menyusuri bebatuan nan licin. Untuk menggambil gambar di sini
cukup sulit, apalagi memakai kamera dengan ISO ala kadarnya.
![]() |
Stalagmit Gogay Lalay |
Tujuan selanjutnya adalah Pulau Manuk. Saat melihat monyet,
mobil kami berhenti. Kami pikir hanya ada beberapa kera. Namun, saat kami
memberinya kacang, puluhan monyet turun dari pohon dan mengepung mobil kami.
Monyet senior mengusir kera kecil untuk merebut makanan.
Dari sini kami mencari restoran untuk lunch. Dalam kondisi
lapar, kami membutuhkan pelayanan cepat. Tetapi, budaya cepat saji di wilayah
ini sepertinya belum ada. Kami menunggu terlalu lama hanya untuk menyantap cumi
goreng tepung, udang dan ikan bakar.
Berikutnya, kami menuju ke Pantai Legon Pari dan Karang
Teraje. Kami harus naik ojek karena jaraknya jauh dan berbatu-batu. Pantas saja
ongkos ojek per orang PP Rp100.000. Beberapa kali blok mesin motor menghantam
batu. Sepertinya itu hal biasa karena tak ada tukang ojek yang mengeluh meski
bunyi benturan besi dan batu sering gaduh. Inilah salah satu kesalahan
kami. Karang Teraje memesona untuk melihat sunrise bukan sunset.
![]() |
Pantai Karang Teraje |
Pemandangan pantai di wilayah ini memang memesona. Hanya,
kami tak sempat menikmati pantai-pantai itu. Tak sempat snorkeling atau bermain
skateboard. Hal ini disebabkan waktu kunjung singkat, sementara tempat yang
harus didatangi terlampau banyak. Berbeda ketika saya liburan ke Pantai Ujung
Genteng, Sukabumi. Kami sempat mandi di pantai dan menangkap ikan-ikan hias di
sela-sela karang. *