Friday 1 June 2018

Saatnya Mendirikan Klub Sepakbola Berbasis Agama

Foto: football-knowledge.com

Melihat akselerasi politik berbasis agama semakin kuat, boleh dipikirkan untuk mendirikan klub sepakbola berbasis agama yang diperbolehkan mengikuti kompetisi sepakbola nasional (Liga 1 Indonesia).


Usul yang terdengar aneh, nyleneh dan sak karepe dewe. Tapi, ya ndak apa-apa tho, wong namanya usul. Ini juga bukan asal njeplak dari orang pekok. Ada sejarah klub yang dibangun bernuansa politis tetapi membuahkan hasil menakjubkan. Siapa klub itu? BARCELONA.

Barcelona, atau sering disingkat Barca, didirikan pada 1899 oleh sekumpulan pemain Swiss, Inggris dan Spanyol yang dipimpin Joan Gamper. Meski didirikan oleh sebagian orang asing, lambat laun Barca menjadi klub yang mengadopsi nilai-nilai Catalonia.

Ketika Spanyol menuju ke Otokrasi pada 1925, Catalonia semakin 'bermusuhan' dengan Madird sebagai ibukota Spanyol. Dan saat Fransisco Franco melarang penggunaan bahasa Catalonia, Barcelona menjadi salah satu tempat untuk mengekspresikan kekecewaan tersebut. 'Bibit' permusuhan itu terus terbina sehingga Barcelona dan Real Madrid menjadi klub papan atas, dan paling sering menjuari La Liga, kompetisi bergengsi di negeri itu.

Nah, saat politisi negeri tercinta kita ini sering menggunakan isu agama untuk kepentingan politik mereka, potensi keretakan di akar rumput semakin menguat. Mengapa fanatisme itu tidak disalurkan ke bidang olahraga yang memungkinkan untuk itu. Fanatisme kedaerahan bisa ditampung melalui klub semacam Bali United, Persija Jakarta, Madura United, Persib Bandung, Persebaya Surabaya atau Tidar Sakti Magelang (zaman dulu banget, mungkin kalian anak alay belum lahir).

Boleh juga dong kita mendirikn klub sepakbola dengan nama Jihad United, Syukron, Pelita, Merpati, Telor Paskah, Syiwa, Bola Kejawen, atau Wiwitan Klub, . Kostum dan penampilan boleh menyesuaikan dengan keyakinan. Misalnya, pemainnya berjenggot. Tapi jangan memakai gamis atau surjan karena menyulitkan gerak saat bertanding.

Bayangkan jika klub-klub ini bertanding. Suporter bakal seru. Misal Bola Kejawen berhadapan dengan Syukron di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor. Pendukung Syukron menggunakan gamis dan dzikir sepanjang pertandingan, sementara suporter Bola Kejawen matek aji keris dan mengelus-elus akik agar klubnya menang. Aroma minyak nyong-nyong, kembang kanthil dan menyan merebak di stadion. Unik dan menarik perhatian.

Dengan demikian fanatisme agama dan kepercayaan mendapatkan penyaluran yang tepat. Apakah selalu berhasil? Belum tentu juga. Wong Barcelona saja masih ingin merdeka dengan menyatakan kemerdekaannya pada 27 Oktober 2017. Meski gerakan ini akahirnya bisa redam. Namun, melalui klub Barca, pendukung Catalonia bisa mengekspresikan kebencian pada Madrid melalui saluran konstruktif.

Bagaimana, siap mendirikan klub Mpu Gandring? *

No comments:

Post a Comment

Bukan Hitam Putih

  Michelin adalah perusahaan ban asal Prancis. Ketika penjualan ban melempem, sekitar 1900-an, mereka malah menerbitkan buku panduan restor...