Sunday 3 December 2017

Nostalgia Kue Pisang Kelapa

Proses memasak kue (Foto: Joko Harismoyo)

Hingga saat ini saya belum menemukan pedagang kue pisang kelapa. Oleh karenanya, saya meminta istri membuat kue tersebut ketika dia baru saja membeli cetakan pancake. Bentuknya memang beda, tetapi rasanya sama. 


Saat saya kecil (sekarang juga masih kecil kok), salah satu jajanan tradisional yang sangat laku di Pasar Kebonopolo, Magelang, Jawa Tengah adalah kue pisang kelapa. Dulu, saya dan juga orang lain, menyebutnya sebagai bapel.

Pedagang kue bapel juga menyediakan carabikang karena cetak kuenya sama, yakni besi setengah lingkaran. Carabikang yang dijual berwarna pink alias jambon dan hijau. Memasaknya mengggunakan arang. Biasanya, sebelum jam 02:00 siang, kue itu, baik carabikang maupun bapel, sudah ludes.

Ketika akan membuat kue pisang kelapa, saya sempat bingung mencari resep di Google. Memasukkan kata bapel, yang muncul wafel. Google sok tahu, menuduh kata yang saya masukkan seharusnya wafel bukan bapel. Saya ganti ke dari kategori All ke Image. Hasilnya, sama. Hanya foto-foto wafel.

Kue Pisang Kelapa yang sudah matang. (Joko Harismoyo)

Saya ganti strategi. Saya masukkan carabikang. Gambar dan artikel yang muncul sama. Tapi, saya tak berminat membuat (maksdunya meminta istri membuat) carabikang karena dengan mudah menemukan di toko kue. Tapi dari kata carabikang inilah saya menemukan kue pisang kelapa. Persis seperti yang saya maksud dengan kata bapel tadi.

Resepnya sungguh amat sederhana. Bahannya hanya tepung beras, parutan kelapa muda, santan, gula pasir dan pisang raja. Dari bahan-bahan itu, hanya pisang raja yang tidak punya. Segera mencari ke pasar tradisional karena beberapa kios buah jarang menyediakan pisang jenis tersebut.

Karena termasuk jenis kuis gampang, masaknya pun cepat. Semua bahan dicampur lalu dituang ke cetakan. Hanya saya karena cetakan pancake, bentukanya bulat, bukan setengah lingkaran seperti halnya cetakan carabikang dan kue pisang kelapa yang sesungguhnya. Walau bentuknya berbeda, rasanya tetap enak. Paling tidak, sudah terobati keinginan makan kue zaman kecil itu.

Nah, ketika si kecil mencomot kue, dia berujar, "Ini mah sama dengan kue pancong (gandos). Cuma dikasih pisang. Aku makannya pakau gula ah." Memang mirip, tapi ada perbedaan. Kue pancong menonjolkan rasa gurih, bukan manis. Sedangkan kue pisang kelapa ini manisnya lebih maknyus. Makan beberapa biji, rinduku pada kue pisang kelapa sudah terobati. *

No comments:

Post a Comment

Bukan Hitam Putih

  Michelin adalah perusahaan ban asal Prancis. Ketika penjualan ban melempem, sekitar 1900-an, mereka malah menerbitkan buku panduan restor...